Kamis, 23 April 2009

Tungkaran Wetland


Daerah wetland Tungkaran Martapura yang berkoordinat 3023’55,7” S, 114 49’32,5” E merupakan salah satu daerah kecil dipelosok Kalimantan Selatan, sebuah wilayah yang merupakan daerah rawa. Memiliki pantai yang berpotensi untuk dijadikan tempat refreshing. Masyarakatnya disana beraktifitas di sekitar rawa. Kawasan rawa seperti halnya kawasan lainnya yang menjadi rumah bagi organisme kecil (hewan dan tumbuhan) sungguh unik dan menyimpan berjuta panorama yang mempesona. Jarang terpikir oleh kita, kawasan wetland dengan berjuta misteri di dalamnya, ternyata menjadi “rumah” bagi begitu banyak hewan kecil dan tumbuhan gulma, purun dan eceng gondok serta pohon kelapa.

Berdasar pada fakta yang ada, daerah Tungkaran Martapura memiliki beraneka macam flora yang dapat dimanfaatkan untuk alternatif pengobatan. Salah satu flora ciri khas rawa adalak kelapa dan rumput tek.

Desa Tungkaran yang berada di kecamatan Martapura merupakan daerah lahan basah yang lumayan cukup luas, bahkan hampir sebagian besar daerah tersebut merupakan daerah rawa, lahan basah didaerah ini sangat banyak ditumbuhi tanaman seperti kelakai, kyambang, eceng gondok, purun tikus, teratai dan tanaman liar lainnya,disekitar pinggiran jalan raya banyak warga yang memancing ikan, ternyata didaerah yang penuh tanaman enceng gondok ini banyak juga terdapat ikan ikan air tawar seperti ikan haruan dan papuyu (jenis ikan dalam bahasa banjar). Menurut cerita seorang warga setempat disana juga pernah terdapat buaya,mungkin sampai sekarang pun masih ada tetapi buaya tersebut hidup didaerah yang jauh akan pemukiman penduduk agar habitatnya tidak terganggu.




1. Purun (Bangka), pu
run danau (Kalimantan), tekor (Sumatra Selatan).
Spesiaes : Lepironia articulata Domin


Merupakan herba tahunan, tanaman air, tidak berdaun, berakar rimpang, tinggi mencapai 2.5 m, biasanya tumbuh berkelompok. Akar rimpang meram bat s ecara horisontal, beberapa cm di bawah permukaan lumpur, pada awalnya berdaging kemudian menjadi berkayu, beruas-ruas, panjang ruas 1 cm, berwarna coklat tua, ditutupi oleh sisik c oklat. Batang rapat, tersusun dalam satu garis sepanjang akar rimpang, masing - masing tegak, silindris ramping, hijau - abu - abu. Daun tere duksi menjadi pelepah hingga pelepah yang tidak daun, pada bagian teratas paling panjang, keco klatan atau kemerahan. Perbunggan terdiri atas satu kelompok mirip tandan, tegak, seperti buluh, coklat keunguan, banyak bunga. Buah seperti buah longkah ganda, bulat telur sungsang pipih hingga agak membulat, gundul tetapi tepi kasar bagian atasnya.

Habitat :

Lepironia articulata ditemukan pada air yang dangkal (bia

sanya kedalaman kurang dari 0.8 m) di lokasi rawa terbuka, padang lumut terbuka, rawa di hutan padang rumput dan sepanjang aliran air yang tenang, biasanya dekat pantai. Tanaman ini tumbuh di oligotrophic, pH air 5.0—6.5. Di Sumatra, terdapat pada ketinggian 1000 m dpl., di Semenanjung Malaysia (Terengganu) pada 1200 m dan di Papua New Guinea mencapai 1750 m alt. Lepironia articulata biasanya membentuk komunitas ekstensif.

Manfaat tumbuhan :

Batang Lepironia articulata dibuat menjadi keset, tas dan keranjang, misalnya di Indonesia, Kamboja dan Papua New Guinea, dan menjadi bahan tirai jendela. Di Kalimantan dan Sumatra Selatan, anyaman yang tert

utup lengkap digunakan sebagai bungkus tembakau, karet, kapok, kapas, gula dan produk lainnya, untuk mengeringkan padi dan untuk transport produk makanan seperti beras, garam dan ikan kering. Di China Lepironia articulata digunakan untuk membuat anyaman botol yang dibawa waktu berlayar. Di Australia akar rimpangnya yang masih berdaging dan tebal dimakan oleh suku aborigin.



2. Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)

Eceng gondok atau enceng gondok (Latin:Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan n

Nama eceng gondok, di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama Ringgak, di D

Bayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe. Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya. Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan dalam menangkap polutan logam berat.

Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.
Banyaknya populasi enceng gondok atau yang biasa disebut oleh masyarakat banjar dengan nama ilung di daerah Tungkaran ini mungkin disebabkan karena tanaman sejenis enceng gondok merupakan tanaman hidrofita (tanaman air) yang memang mempunyai habitat di daerah yang berair seperti rawa atau sungai dan sejenisnya.
Selain enceng gondok, di lahan rawa tersebut juga di tumbuhi oleh tanaman-tanaman seperti purun tikus, kangkung, teratai, talas, genjer, kayapu, kiyambang, juga tanaman jenis pakis yang biasanya orang Kalimantan Selatan menyebutnya dengan nama kelakai serta rumput-rumput yang tinggi dan tumbuh subur diantara tanaman-tanaman enceng gondok.

Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya. Banyaknya populasi enceng gondok atau yang biasa disebut oleh masyarakat banjar dengan nama ilung di daerah Tungkaran ini mungkin disebabkan karena tanaman sejenis enceng gondok merupakan tanaman hidrofita (tanaman air) yang memang mempunyai habitat di daerah yang berair seperti rawa atau sungai dan sejenisnya.
Selain enceng gondok, di lahan rawa tersebut juga di tumbuhi oleh tanaman-tanaman seperti purun tikus, kangkung, teratai, talas, genjer, kayapu, kiyambang, juga tanaman jenis pakis yang biasanya orang Kalimantan Selatan menyebutnya dengan nama kelakai serta rumput-rumput yang tinggi dan tumbuh subur diantara tanaman-tanaman enceng gondok.


3. Teratai (Nymphaea)

Teratai (Nymphaea) adalah nama genus untuk tanaman air dari suku Nymphaeaceae. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai water-lily atau waterlily. Pada zaman dulu, orang memang sering mencampuradukkan antara tanaman genus Nelumbo seperti seroja dengan genus Nymphaea (teratai). Pada Nelumbo, bunga terdapat di atas permukaan

air (tidak mengapung), kelopak bersemu merah (teratai berwarna putih hingga kuning), daun berbentuk lingkaran penuh dan rimpangnya biasa dikonsumsi.

Tanaman tumbuh di permukaan air yang tenang. Bunga dan daun terdapat di permukaan air, keluar dari tangkai yang berasal dari rizoma yang berada di dalam lumpur pada dasar kolam, sungai atau rawa. Tangkai terdapat di tengah-tengah daun.

Daun berbentuk bundar atau bentuk oval yang lebar

yang terpotong pada jari-jari menuju ke tangkai. Permukaan daun tidak mengandung lapisan lilin sehingga air yang jatuh ke permukaan daun tidak membentuk butiran air.

Bunga terdapat pada tangkai yang merupakan perpanjangan dari rimpang. Diameter bunga antara 5-10 cm. Teratai terdiri dari sekitar 50 spesies yang tersebar dari wilayah tropis hingga daerah subtropis seluruh dunia. Teratai yang tumbuh di daerah tropis berasal dari Mesir.



4. Padi (Oryza, sativa L)

Selain ditanam warga untuk ke
mudian dimanfaatkan dan dikonsumsi sebagai salah satu bahan pokok makanan sehari-hari, padi juga mempunyai beberapa manfaat dibidang farmasi yaitu:
Bagian yang digunakan adalah Selaput biji, biji dan tangkai buah. Selaput biji berkhasiat untuk mengatasi; lambung dan limpa lemah, beri-beri, peg
al; Tangkai berfungsi untuk mengatasi rambut kotor dan keguguran; Biji beras berkhasiat untuk mengatasi demam, diare, gondongan.








5. Ikan Gabus

Ikan gabus adalah sejenis ikan buas yang hidup di air tawar. Ikan ini dikenal dengan banyak nama di pelbagai daerah: aruan, haruan (Mly.,Bjn), kocolan (Btw.), bogo (Sd.), bayong, bogo, licingan (Bms.), kutuk (Jw.), dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris juga disebut dengan berbagai nama seperti common snakehead, snakehead murrel, chevron snakehead, striped snakehead dan juga aruan. Nama ilmiahnya adalah Channa striataIkan darat yang cukup besar, dapat tumbuh hingga mencapai panjang 1 m. Berkepala besar agak gepeng mirip kepala ular (sehingga dinamai snakehead), dengan sisik-sisik besar di atas kepala. Tubuh bulat gilig memanjang, seperti peluru kendali. Sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya. Sisi atas tubuh --dari kepala hingga ke ekor-- berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh putih, mulai dagu ke belakang. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata, bercoret-coret) yang agak kabur. Warna ini seringkali menyerupai lingkungan sekitarnya. Mulut besar, dengan gigi-gigi besar dan tajam. Ikan gabus biasa didapati di danau, rawa, sungai, dan saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Ikan ini memangsa aneka ikan kecil-kecil, serangga, dan berbagai hewan air lain termasuk berudu dan kodok.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar