Jumat, 19 Juni 2009

MEGA PLANNING NEGARA


Seperti yang sudah saya jelaskan pada hasil observasi praktikum lahan basah tadi, negara merupakan tempat yang potensial untuk lebih dikembangkan lagi. Negara memiliki daerah rawa yang sangat besar, sabagai pengetahun, Kalimantan selatan memiliki sekitar 1/3 daerah rawa dari seluruh pulau Kalimantan dan sebagian besarnya masih merupakan lahan tidur. Untuk itu kami berusaha untuk mengoptimalkan daerah rawa tersebut semaksimal mungkin sehingga dapat meningkatkan hasil pendapatan penduduk setempat.
Rawa di Negara digunakan penduduk setempat sebagai tempat beternak kerbau rawa dan sebagai tempat hidup habitat eceng gondok (ilung), sebenarnya itu masih bisa lebih ditingkatkan lagi. Di kandang kerbau rawa (kalang) banyak terdapat kotoran dari kerbau itu sendiri, kotoran itu biasanya hanya dibuang begitu saja ke rawa. Sebenarnya kotoran itu masih bisa digunakan sebagai pupuk kandang untuk pertanian, namun masih sedikit masyarakat disana yang melakukan hal itu. Padahal kotoran kerbau yang hanya dibuang begitu saja tadi bisa menjadi sumber penghasilan lain bagi masyarakat itu sendiri. Eceng gondok disana juga masih belum teroptimalkan, padahal eceng gondok bisa di ubah menjadi suatu barang kerajinan tangan. Jadi disela waktu saat orang-orang disana menggembalakan kerbaunya, orang-orang disana bisa menggunakan waktu tersebut untuk membuat kerajinan tangan dari eceng gondok itu. Di suatu daerah daerah dipulau jawa sana yang hanya memiliki sedikit eceng gondok, bisa membuat kerajinan tangan dari eceng gondok itu bahkan hingga bisa sampai di eksport ke luar negeri. Tentunya dinegara yang memiliki banyak populasi enceng gondok pastinya bisa melakukan hal yang sama bahkan lebih dari pada di pulau jawa. Tujuan kami disini membuat Mega Planning Negara itu yaitu menggunakan sisa-sisa hasil dari rawa yang tidak terpakai itu menjadi produk yang akan membuat brand dari negara itu sendiri, seperti misalnya pupuk kandang dari negara atau tas dari eceng gondoknya kapada orang-orang diluar Kalimantan selatan, diluar pulau Kalimantan atau bahkan kepada orang-orang dinegeri tetangga. Dengan meningkatnya popularitas dari negara itu, otomatis orang-orang akan berdatangan kenegara. Di negara masih banyak terdapat rawa yang tertidur,dengan datangnya orang-orang kenegara kita bisa lebih meningkatkan lagi pariwisata di tempat itu, seperti mebuat area hiburan dan rekreasi, restoran atau tempat makan dan masih banyak lagi yang lainnya. Tentunya ini akan meningkat kan lapangan pekerjaan dan taraf ekonimi masyarakat disana. Rencana ini tentunya tidak akan berjalan lancer tanpa dukungan masyarakat dan pemerintah daerah setempat itu sendiri.
Demikian tadi merupakan salah satu usaha dan rencana kami dalam upaya untuk meng optimalkan sumber daya alam yang berada dinegara serta meningkatkan taraf hidup dan penghasilan penduduk disana.

Hasil observasi praktikum lahan basah di Negara dan Loksado.

Sekilas tentang Negara

Pada saat melakukan praktikum lahan basah dengan melakukan observasi ke Negara, hal pertama yang dapat disimpulkan adalah bahwa daerah Negara letaknya cupupjauh dari pusat kota yaitu kota kandangan. Daerah Negara hamper seluruhnya merupakan daerah rawa yang diubah menjadi suatu kota kecil. Jalan menuju Negara merupakan jalan tanah yang melewati daerah-daerah rawa, disisi-sisi jalan hanya terlihat hamparan rawa yang sebagian sudah diolah menjadi tanah pertanian, peternakan ikan atau yang belum diolah sama sekali. Begitu sampai di kota Negara itu sendiri, daerahnya merupakan tempat pemukiman yang padat tanpa adanya tata kota sehingga terlihat kumuh. Observasi kami kali ini juga dilakukan di daerah rawa negara itu sendiri. Untuk menuju rawa itu sendiri kami menggunakan kapal (kelotok) yang merupakan alat transportasi yang cukup banyak digunakan disana. Rawa di negara sangat luas dengan luas sekitar 200.000 hektar dan hanya sedikit dari lahan itu yang sudah di olah,sisanya masih merupakan lahan tidur yang banyak di tumbuhi varietas eceng gondok (ilung). Para penduduk setempat menggunakan rawa tersebut sebagai tempat mata pencahariannya antara lain memancing, sebagai kolam ikan, memelihara itik dan peternakan kerbau rawa nya yang merupakan ciri khas dari negara itu sendiri. Penduduk disana mendirikan kandang ditengah rawa itu sebagai tempat kerbau mereka atau orang setempat biasa menyebutnya kalang dan mendirikan rumah terapung disamping atau tidak jauh dari kandang kerbau mereka. Setiap pagi mereka melepas kerbau mereka untuk mencari makan dan pada sore hari dimasukkan kembali ke kalang. Kerbau rawa itu sendiri biasanya 4 tahun sekali baru melahirkan anak kerbau dan mempunyai masa kehamilan 1 tahun.
Tentang penduduk negara itu sendiri, kebanyakan warga-warga disana bermata pencaharian berdagang. Berdasarkan hasil observasi kami disana penghasilan rata-rata penduduk disana kurang dari Rp.50000,- per hari, ini berarti penghasilan penduduk disana masih dibawah dari rata-rata. Bagi penduduk yang bermata pencaharian berdagang disana biasanya mendapat/membeli barang dagangan mereka seperti sayuran, bahan makanan (SEMBAKO) dan keperluan hidup sehari-hari di pasar induk di kota terdekat yaitu kandangan. Warga-warga disekitar sungai Negara melakukan MCK (Mandi. Cuci. Kakus) di sungai itu sendiri,banyak sampah dari warga-warga sekitar yang dibuang begitu saja kesungai sehingga sungai menjadi tercemar. Walau disana sudah terdapat pasokan air bersih (PDAM) dari pemerintah daerah setempat tetapi masih banyak warga yang menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari, alas an warga masih belem sepenuhnya menggunakan air dari PDAM adalah karena faktor biaya.


Sekilas tentang Loksado.

Loksado merupaka daerah pegunungan sehingga jalan menuju kesana berkelok-kelok dan naik turun khas jalan di pegunungan. Disana mempunyai potensi wisata yang sangat tinggi karena disana banyak tedapat pemandangan-pemandangan yang indah serta sungai-sungai jernih yang menjadi daya tarik tersendiri. Pemberhentian pertama kami di loksado yaitu di desa Hulu Banyu, disana pula kami menginap. Observasi kami dilakukan di desa Lok Lahung kecamatan Loksado, akses jalan disana menurut saya masih agak sulit. Penduduk disana sebagian besar bermata pencaharian petani dan berkebun, masyarakat disan juga beternak babi dan ayam, babi biasanya dijual di kota dan ayam biasanya dijual atau dikonsumsi sendiri. Hasil perkebunan penduduk disana adalah kayu manis dan kemiri, anggrek yang didapat dihutan juga biasanya dijual oleh masyarakat setempat. Dari hasil observasi kami, bamboo juga banyak terdapat di kecamatan Loksado sehingga masyarakat juga menggunakan bamboo sebagai mata pencaharian mereka. Bambu disana biasa diolah menjadi kerajinan tangan seperti tikar dan lain-lain. Selain dari sumber daya alam yang saya sebutkan tadi, dikecamatan Loksado juga masih terdapat sumber daya alam lainnya seperti pasir sungai, karet dan kelapa sawit. Lokasdo merupakan daerah yang memiliki hasil sumber daya alam yang beraneka ragam dan berlimpah. Di desa lok lahung itu sendiri sudah mendapat suplai air bersih dan listrik dari pemerintah daerah, disana penduduknya juga menggunakan panel surya dan pembangkit listrik tenagga air (PLTA) untuk kebutuhan mereka, tetapi sekarang PLTA disana sudah tidak digunakan lagi karena sudah medapat suplai listrik dari pemerintah. Untuk sarana pendidikan disana terdapat sekolah 1 atap, jadi masyarakat disana sudah tidak terlalu sulit lagi untuk mendapat sarana pendidikan.
Demikian sepintas penjelasan saya tentang hasil observasi kami dan apa yang bisa saya simpulakan setelah melakukan praktikum lahan basah kali ini.

Senin, 11 Mei 2009

Tugas MID PLLB

(1). Diketahui pertambahan 500.000 penduduk, memerlukan 25% pemukiman dan 10% perikanan (1000ton)( 2kg/thn/penduduk). Dalam 1 tahun (12 bulan) lahan basah yang terpakai sebanyak 35%. Agar luas lahan basah habis maka :

Pertambahan penduduk setiap bulan: 500.000 : 12 bulan = 41.666 orang
Pemakaian lahan basah : 12 bulan = 35%
1 bulan = 35% : 12
= 2,9%
Agar Lahan basah yang digunakan sebanyak 100%, maka :
100% : 2,9% = 34,48 dibulatkan menjadi 34,5
41.666 x 34,5 = 1.437.477 orang

Jadi, lahan basah habis pada jangka waktu 34,5 bulan atau 2 tahun 10 bulan 15 hari dengan jumlah penduduk 1.437.477 orang.





(2).



(3).

Kamis, 23 April 2009

Tungkaran Wetland


Daerah wetland Tungkaran Martapura yang berkoordinat 3023’55,7” S, 114 49’32,5” E merupakan salah satu daerah kecil dipelosok Kalimantan Selatan, sebuah wilayah yang merupakan daerah rawa. Memiliki pantai yang berpotensi untuk dijadikan tempat refreshing. Masyarakatnya disana beraktifitas di sekitar rawa. Kawasan rawa seperti halnya kawasan lainnya yang menjadi rumah bagi organisme kecil (hewan dan tumbuhan) sungguh unik dan menyimpan berjuta panorama yang mempesona. Jarang terpikir oleh kita, kawasan wetland dengan berjuta misteri di dalamnya, ternyata menjadi “rumah” bagi begitu banyak hewan kecil dan tumbuhan gulma, purun dan eceng gondok serta pohon kelapa.

Berdasar pada fakta yang ada, daerah Tungkaran Martapura memiliki beraneka macam flora yang dapat dimanfaatkan untuk alternatif pengobatan. Salah satu flora ciri khas rawa adalak kelapa dan rumput tek.

Desa Tungkaran yang berada di kecamatan Martapura merupakan daerah lahan basah yang lumayan cukup luas, bahkan hampir sebagian besar daerah tersebut merupakan daerah rawa, lahan basah didaerah ini sangat banyak ditumbuhi tanaman seperti kelakai, kyambang, eceng gondok, purun tikus, teratai dan tanaman liar lainnya,disekitar pinggiran jalan raya banyak warga yang memancing ikan, ternyata didaerah yang penuh tanaman enceng gondok ini banyak juga terdapat ikan ikan air tawar seperti ikan haruan dan papuyu (jenis ikan dalam bahasa banjar). Menurut cerita seorang warga setempat disana juga pernah terdapat buaya,mungkin sampai sekarang pun masih ada tetapi buaya tersebut hidup didaerah yang jauh akan pemukiman penduduk agar habitatnya tidak terganggu.




1. Purun (Bangka), pu
run danau (Kalimantan), tekor (Sumatra Selatan).
Spesiaes : Lepironia articulata Domin


Merupakan herba tahunan, tanaman air, tidak berdaun, berakar rimpang, tinggi mencapai 2.5 m, biasanya tumbuh berkelompok. Akar rimpang meram bat s ecara horisontal, beberapa cm di bawah permukaan lumpur, pada awalnya berdaging kemudian menjadi berkayu, beruas-ruas, panjang ruas 1 cm, berwarna coklat tua, ditutupi oleh sisik c oklat. Batang rapat, tersusun dalam satu garis sepanjang akar rimpang, masing - masing tegak, silindris ramping, hijau - abu - abu. Daun tere duksi menjadi pelepah hingga pelepah yang tidak daun, pada bagian teratas paling panjang, keco klatan atau kemerahan. Perbunggan terdiri atas satu kelompok mirip tandan, tegak, seperti buluh, coklat keunguan, banyak bunga. Buah seperti buah longkah ganda, bulat telur sungsang pipih hingga agak membulat, gundul tetapi tepi kasar bagian atasnya.

Habitat :

Lepironia articulata ditemukan pada air yang dangkal (bia

sanya kedalaman kurang dari 0.8 m) di lokasi rawa terbuka, padang lumut terbuka, rawa di hutan padang rumput dan sepanjang aliran air yang tenang, biasanya dekat pantai. Tanaman ini tumbuh di oligotrophic, pH air 5.0—6.5. Di Sumatra, terdapat pada ketinggian 1000 m dpl., di Semenanjung Malaysia (Terengganu) pada 1200 m dan di Papua New Guinea mencapai 1750 m alt. Lepironia articulata biasanya membentuk komunitas ekstensif.

Manfaat tumbuhan :

Batang Lepironia articulata dibuat menjadi keset, tas dan keranjang, misalnya di Indonesia, Kamboja dan Papua New Guinea, dan menjadi bahan tirai jendela. Di Kalimantan dan Sumatra Selatan, anyaman yang tert

utup lengkap digunakan sebagai bungkus tembakau, karet, kapok, kapas, gula dan produk lainnya, untuk mengeringkan padi dan untuk transport produk makanan seperti beras, garam dan ikan kering. Di China Lepironia articulata digunakan untuk membuat anyaman botol yang dibawa waktu berlayar. Di Australia akar rimpangnya yang masih berdaging dan tebal dimakan oleh suku aborigin.



2. Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)

Eceng gondok atau enceng gondok (Latin:Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan n

Nama eceng gondok, di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama Ringgak, di D

Bayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe. Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya. Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan dalam menangkap polutan logam berat.

Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.
Banyaknya populasi enceng gondok atau yang biasa disebut oleh masyarakat banjar dengan nama ilung di daerah Tungkaran ini mungkin disebabkan karena tanaman sejenis enceng gondok merupakan tanaman hidrofita (tanaman air) yang memang mempunyai habitat di daerah yang berair seperti rawa atau sungai dan sejenisnya.
Selain enceng gondok, di lahan rawa tersebut juga di tumbuhi oleh tanaman-tanaman seperti purun tikus, kangkung, teratai, talas, genjer, kayapu, kiyambang, juga tanaman jenis pakis yang biasanya orang Kalimantan Selatan menyebutnya dengan nama kelakai serta rumput-rumput yang tinggi dan tumbuh subur diantara tanaman-tanaman enceng gondok.

Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya. Banyaknya populasi enceng gondok atau yang biasa disebut oleh masyarakat banjar dengan nama ilung di daerah Tungkaran ini mungkin disebabkan karena tanaman sejenis enceng gondok merupakan tanaman hidrofita (tanaman air) yang memang mempunyai habitat di daerah yang berair seperti rawa atau sungai dan sejenisnya.
Selain enceng gondok, di lahan rawa tersebut juga di tumbuhi oleh tanaman-tanaman seperti purun tikus, kangkung, teratai, talas, genjer, kayapu, kiyambang, juga tanaman jenis pakis yang biasanya orang Kalimantan Selatan menyebutnya dengan nama kelakai serta rumput-rumput yang tinggi dan tumbuh subur diantara tanaman-tanaman enceng gondok.


3. Teratai (Nymphaea)

Teratai (Nymphaea) adalah nama genus untuk tanaman air dari suku Nymphaeaceae. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai water-lily atau waterlily. Pada zaman dulu, orang memang sering mencampuradukkan antara tanaman genus Nelumbo seperti seroja dengan genus Nymphaea (teratai). Pada Nelumbo, bunga terdapat di atas permukaan

air (tidak mengapung), kelopak bersemu merah (teratai berwarna putih hingga kuning), daun berbentuk lingkaran penuh dan rimpangnya biasa dikonsumsi.

Tanaman tumbuh di permukaan air yang tenang. Bunga dan daun terdapat di permukaan air, keluar dari tangkai yang berasal dari rizoma yang berada di dalam lumpur pada dasar kolam, sungai atau rawa. Tangkai terdapat di tengah-tengah daun.

Daun berbentuk bundar atau bentuk oval yang lebar

yang terpotong pada jari-jari menuju ke tangkai. Permukaan daun tidak mengandung lapisan lilin sehingga air yang jatuh ke permukaan daun tidak membentuk butiran air.

Bunga terdapat pada tangkai yang merupakan perpanjangan dari rimpang. Diameter bunga antara 5-10 cm. Teratai terdiri dari sekitar 50 spesies yang tersebar dari wilayah tropis hingga daerah subtropis seluruh dunia. Teratai yang tumbuh di daerah tropis berasal dari Mesir.



4. Padi (Oryza, sativa L)

Selain ditanam warga untuk ke
mudian dimanfaatkan dan dikonsumsi sebagai salah satu bahan pokok makanan sehari-hari, padi juga mempunyai beberapa manfaat dibidang farmasi yaitu:
Bagian yang digunakan adalah Selaput biji, biji dan tangkai buah. Selaput biji berkhasiat untuk mengatasi; lambung dan limpa lemah, beri-beri, peg
al; Tangkai berfungsi untuk mengatasi rambut kotor dan keguguran; Biji beras berkhasiat untuk mengatasi demam, diare, gondongan.








5. Ikan Gabus

Ikan gabus adalah sejenis ikan buas yang hidup di air tawar. Ikan ini dikenal dengan banyak nama di pelbagai daerah: aruan, haruan (Mly.,Bjn), kocolan (Btw.), bogo (Sd.), bayong, bogo, licingan (Bms.), kutuk (Jw.), dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris juga disebut dengan berbagai nama seperti common snakehead, snakehead murrel, chevron snakehead, striped snakehead dan juga aruan. Nama ilmiahnya adalah Channa striataIkan darat yang cukup besar, dapat tumbuh hingga mencapai panjang 1 m. Berkepala besar agak gepeng mirip kepala ular (sehingga dinamai snakehead), dengan sisik-sisik besar di atas kepala. Tubuh bulat gilig memanjang, seperti peluru kendali. Sirip punggung memanjang dan sirip ekor membulat di ujungnya. Sisi atas tubuh --dari kepala hingga ke ekor-- berwarna gelap, hitam kecoklatan atau kehijauan. Sisi bawah tubuh putih, mulai dagu ke belakang. Sisi samping bercoret-coret tebal (striata, bercoret-coret) yang agak kabur. Warna ini seringkali menyerupai lingkungan sekitarnya. Mulut besar, dengan gigi-gigi besar dan tajam. Ikan gabus biasa didapati di danau, rawa, sungai, dan saluran-saluran air hingga ke sawah-sawah. Ikan ini memangsa aneka ikan kecil-kecil, serangga, dan berbagai hewan air lain termasuk berudu dan kodok.